Pages

Minggu, 15 September 2013

pancasila 1



NGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF.KAELAN BAB I

- – - { PENDAHULUAN } – - -
 Pancasila = dasar filsafatv
o Disahkan PPKI tanggal 18 Agustus 1945
o Tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
o Diundangkan dalam :
 Berita RI Tahun 2 No.7
ü
 Batang Tubuh UUDS 1945
ü
 TAP MPR Tahun 1998 No.XVIII/MPR/1998v
Mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara RI
- – - { LANDASAN } – - -
 Landasan Pendidikan Pancasila :v
A. Historis
B. Kultural
C. Yuridis
D. Filosofis
A. LANDASAN HISTORIS
• Terbentuk melalui proses panjang sejak zaman kerajaan
• Suatu prinsip tersimpul dalam pandangan dan filsaat hidup bangsa berupa ciri khas, sifat, dan karakter.
• Nasionalisme Indonesia bukan dengan kekuasaan atau hegemoni ideologi tapi dengan kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah.
• Kausa Materialis Pancasila :
B. LANDASAN KULTURAL
• Setiap bangsa memiliki ciri khas dan pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
• Sila-sila Pancasila merupakan karya besar bangsa yang dimiliki melalui proses refleksi filosofis pendiri negara, diantaranya :
o Soekarno
o Moh.Yamin
o Moh.Hatta
o Soepomo
• Sila-sila Pancasila merupakan hasil pemikiran tentang bangsa dan negara yang mendasarkan pandangan hidup suatu prinsip nilai.
C. LANDASAN YURIDIS
• UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi
• Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan :
o Pancasila
o Agama
o Kewarganegaraan
• SK Mendiknas No.232/U/2000
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belaja Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan.
• SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk :
o Mampu berpikir
o Nasional
o Dinamis
Terdiri :
o Historis
o Filosofis
o Ketatanegaraan
o Etika politik
D. LANDASAN FILOSOFIS
• Sebelum merdeka
o Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
o Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)
• Syarat mutlak suatu negara
o Negara berpersatuan dan berkerakyatan
o Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
• Konsekuensi rakyat
o Rakyat
o Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat
- – - { TUJUAN } – - -
 UU No.2 Tahun 1989 dan SK No.38/DIKTI/KEP/2003v
Mengarahkan perhatian pada moral dalam kehidupan sehari-hari dengan :
o Memanfaatkan iman dan taqwa
o Mendukung kerakyatan
 Arti tujuan pendidikanv
Seperangakat tindakan intelektual penuuh tanggung jawab yang berorientasi pada kompetensi dan bidang profesi masing-masing.
 Cermin sikap
v
o Intelektual, meliputi :
a. Kemafiran
b. Ketepatan
c. Keberhasilan bertindak
o Tanggung jawab, meliputi :
a. Iptek
b. Etika
c. Agama
d. Budaya
 Kesimpulan tujuan
v
o Kemampuan bertanggung jawab sesuai hati nurani
o Mengenali masalah hidup, kesejahteraan dan solusi
o Mengenali perubahan dan perkembangan :
a. Ilmu pengetahuan
b. Teknologi
c. Seni
o Memaknai sejarah dan nilai budaya untuk persatuan
- – - { PEMBAHASAN ILMIAH } – - -
Syarat-syarat ilmiah Pembahasan Pancasila menurut buku “Tahu dan Pengetahuan” karangan I.R.Poedjawijatno ada 4, yaitu : Berobjek
Bermetode
Bersistem
Universal
 BEROBJEKv
Menurut filsafat ilmu : Objek Forma
Objek Materia
• Objek Forma
Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila.
Pancasila dapat dipandang dari sudut : Moral Moral Pancasila
Ekonomi Ekonomi Pancasila
Pers Pers Pancasila
Hukum Pancasila Yuridis
Filsafat Filsafat Pancasila
• Objek Materia
Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya yang meliputi :
Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat
Moral Bukti Sejarah
Religius Naskah Kenegaraan
Lembaran Sejarah
 BERMETODE
v
• Analitico Syntetic
Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan metode analisis dan sintetis
• Hermeneutika
Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek
• Koherensi Historis
• Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi
 BERSISTEMv
 Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan
v
Interpedensi artinya ketergantungan
 Sifat sistem : Koheren (runtut)
v
Sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik
 UNIVERSALv
 Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situsi, kondisi, dan jumlah.
v
 Hakikatnya : Ontologis Nilai Pancasila
v
Intisari / esensi
Makna sila-sila universal
 Tingkatan pengetahuan ilmiah :
v Deskriptif : Bagaimana
Kausal : Mengapa
Normatif : Kemana
Essensial : Apa
 Proses kausalitas Pancasila : Materialis
v
Formalis
Effisien
Finalis
 Pengamalan :
v Das Sollen : yg seharusnya
Das Sein : kenyataan
- – - { BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA } – - -
 Lingkup pengertian : Etimologisv
Historis
Terminologis
 SECARA ETIMOLOGISv
• Bahasa Sansekerta India
o Panca : lima
o Syila : batu sendi, alas, dasar
o Syiila : peraturan tingkah laku yang baik
 Berbatu sendi 5
Ø
 Dasar yang memiliki 5 unsur
Ø
• Kitab Tripitaka
o Suttha Pitaka
o Abhidama Pitaka
o Vinaya Pitaka
• Five Moral Principles, menurut Budha :
o Panatipada veramani sikhapadam samadiyani
Jangan membunuh
o Dinna dana veramani sikhapadam samadiyani
Jangan mencuri
o Kameshu micchacara veramani sikhapadam samadiyani
Jangan berzina
o Musawada veramani sikhapadam samadiyani
Jangan berbohong
o Surya meraya masjja pamada tikana veramani
Jangan mabuk
• Syair Pujian Empu Prapanca (sarga 53 bait 2)
Yatnaggegwani Pancasyiila Kertasangkarbhisekaka krama berarti 5 pantangan, berupa :
o Mateni : Membunuh
o Maling : Mencuri
o Madon : Berzina
o Mabok : Mabuk
o Main : Berjudi
 SECARA HISTORISv
• Menurut Mr.Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
o Peri Kebangsaan
o Peri Kemanusiaan
o Peri Ketuhanan
o Peri Kerakyatan
o Kesejahteraan Rakyat
Yang dituangkan menjadi :
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Kebangsaan Persatuan Indonesia
o Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
• Menurut Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
o Nasionalisme / Kebangsaan Indonesia
o Internasionalisme / Perikemanusiaan
o Mufakat / Demokrasi
o Kesejahteraan Sosial
o Ketuhanan yang Berkebudayaan
Dalam perkembangannya PANCASILA diusulkan menjadi TRISILA yang berisi :
o Sosio Nasional : Nasionalisme dan Internasionalisme
o Sosiso Demokrasi : Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat
o Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam perkembangannya TRISILA diusulkan menjadi EKASILA yang merupakan gotong royong
• Menurut Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
o Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
o Kemanusiaan yang adil dan beradab
o Persatuan Indonesia
o Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan
o Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
 SECARA TERMINOLOGISv
• Bagian UUD 1945
o Pembukaan (4 alinea)
o 37 Pasal
o Peraturan Peralihan (4 pasal)
o Aturan Tambahan (2 ayat)
• Konstitusi RIS (berlaku sejak 29 Desember 1949 s/d 17 Agustus 1950)
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kerakyatan
o Keadilan Sosial
• UUDS 1950 (berlaku sejak 17 Agustus 1950 s/d 5 Juli 1959)
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kerakyatan
o Keadilan Sosial
• Kalangan Masyarakat
o Ketuhanan Yang Maha Esa
o Peri Kemanusiaan
o Kebangsaan
o Kedaulatan Rakyat
o Keadilan Sosial
 Pembukaan UUD 1945 dan TAP MPR XX/MPRS/1966 dan INPRES No.12,13 April 1968 menegaskan :Ø
Pengucapan, penulisan, dan rumusan Pancasila yang sah dan benar adalah PEMBUKAAN UUD 1945


Rabu, 04 September 2013

laporan padi



BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan gandum. Namun demikian, padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk dunia. Hasil dari pengolahan padi dinamakan beras. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau poaceae.  Hasil panen padi dari sawah disebut gabah.  Padi diolah menjadi beras untuk dikonsumsi.
1.2.Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penyosohan pada perubahan kualitas beras serta pengaruh penyimpanan pada kondisi amilum beras.












BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Kandungan Gabah
Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 65-67% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras sebagai perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein, lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam jumlah kecil.  Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam terdiri dari palea dan lemma. Struktur palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia (mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis dalam.   Kariopsis terdiri dari kulit luar dan endospem. Kulit luar terdiri dari perikarp (10µm), seed coat (0.5µm), nucellus (2.5µm), dan aleuron (5.0µm). Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati dan terdapat rongga udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling(winarno ,1987). 

Klasifikasi beras menurut FAO




Sifat fisik gabah dan beras

Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Sedangkan berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.0-2.39) dan bulat (kurang dari 2). 

Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog (1983) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
 2.2  Proses Pengolahan Padi
Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari pertumbuhan kapang yang dapat menyebabkan warna kuning. Pengeringan dapat dilakukan dengan memakai sinar matahari (penjemuran dengan menggunakan tikar, tampah, lamporan), pengering buatan dan pengering surya.    
Lamporan dibuat miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegah air tergenang. Pada pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyak menghasilkan beras patah. Sedangkan pengeringan dengan sinar matahari untuk menghasilkan beras kepala. Pengeringan surya tidak cocok untuk gabah biasa. Pengeringan surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang nilai ekonominya tinggi.  (mariyati dkk, 1992)

a. Penggabahan
Cara penggabahan antara lain diinjak-injak, dipukulkan, ditumbuk, menggunakan pedal thresner dan mesin perontok. Keuntungan cara penggabahan diinjak-injak adalah kerusakan fisik kecil dan kemungkinan loss/hilang/terpelanting sangat kecil, sedangkan kerugiannya adalah kapasitasnya rendah (Tulus, 2006). Keuntungan bila dipukulkan adalah kapasitas lebih besar sedangkan kerugiannya adalah ada beras yang patah, loss lebih besar. Untuk menghindarinya harus dikerjakan dalam pulungan. Keuntungan bila ditumbuki adalah kapasitas lebih besar dari pada diijak- injak, sedangkan kerugiannya adalah rendemen yang dihasilkan rendah karena banyak beras yang patah. keuntungan dengan menggunakan pedal thresner adalah kapasitasnya besar sedangkan kerugiannya adalah banyak beras yang patah.

b. Penggilingan dan Penyosohan
Penggilingan adalah proses pemisahan sekam dan kulit luar kariopsis dari biji padi agar diperoleh beras yang dapat dikonsumsi. Terdapat berbagai jenis teknologi/alat yaitu penumbukan (lesung/kincir air), penggilingan tipe Engelberg, Rice Milling Unit (RMU) dan penggilingan padi besar.
 

2.2.1 Penggilingan Padi Besar

1. Perontokan padi     
Alat yang digunakan adalah rontogan; bahannya gabah, padi gedengan, “hencak”; sehingga dihasilkan gabah kotor (kotoran: potpngan merang, kerikil, bubuk jenteng, pasir, paku/logam, dan lain- lain).

2. Pembersihan gabah kotor
Alat yang digunakan adalah ayakan goyang (paddy cleaner/ hongkwl gabah), saringan kasar (batu, kerkil, paku, dan lain-lain), saringan halus (pasir) serta penarik logam; bahannya gabah kotor; sehingga dihasilkan gabah bersih.

3. Pemecahan kulit (husking)
Alat yang digunakan adalah pemecah kulit tipe silinder; bahannya gabah; sehingga dihasilkan beras pecah kulit, sebagian kecil gabah utuh yang lolos, lolosan (pesak halus bercampur dedak dan menir), serta sekam.

4. Pemisahan pesak
Alat yang digunakan adalah husk separator (hongkwl pesak), saringan pesak, dan saringan lolosan; bahannya beras pecah kulit, sekam, lolosan; sehingga dihasilkan beras pecah kulit bersih, dan gabah.

5. Pemisahan gabah (paddy separation)
Alat yang digunakan adalah paddy separator atau disebut gedongan; prinsipnya adalah perbedaan bobot jenis antara beras pecah kulit dan gabah, serta kehalusan permukaan gabah dan beras pecah kulit. Pada permukaan miring, beras pecah kulit akan cepat turun, sementara gabah terdesak ke atas; dibuat kamar-kamar.

6. Penyosohan
Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I (penyosohan I), mesin II (penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu amaril) dan lempengan karet, karena ada gesekan antara beras dengan batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka beras akan tersosoh; bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh, dedak (mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung dipisahkan dengan aspirator.

7. Grading
Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras); memisahkan beras kepala, beras patah dan meni. (kulp and ponte, 2000)
 
Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling (“huller”) serat alat penyosoh (“polisher”). Gabah yang hanya terkupas bagian kulit luar (sekam)-nya, disebut beras pecah kulit (“brown rice”). Sedangkan beras pecah kulit yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan, disebut beras giling (“milled rice”). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah dalam bentuk beras giling.

Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh. (kusuma, 1983)




BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
            3.1.1 alat
1.      neraca
2.      ampelas
3.      lesung
4.      panci
5.      tempeh
6.      baskom
3.1.2        bahan
1.      beras :
1)      Beras diamplas
2)      beras tidak diamplas
3)      beras diamplas (disimpan 2 minggu)
4)      beras tidak diamplas (disimpan 2 minggu)
2.      air











3.2 Skema Kerja
























BAB 4 HASIL PENGAMANATAN
4.1 Hasil Pengamatan
1.      BERAS DENGAN PENYOSOHAN
PENGAMATAN
SEBELUM DIMASAK
SETELAH DIMASAK
0 Hari
2 Minggu
0 Hari
2 Minggu
Kenampakan
Putih
Putih kecoklatan (warna coklat lebih mendominasi)
Putih
Agak Coklat
Tekstur
Kurang punel
Tidak punel
Kurang punel
Tidak punel
Rasa
-
-
Kurang enak
Tidak enak
Aroma (bau apek)
Tidak berbau
Agak Apek
Tidak berbau
Agak  Apek
Gambar/foto


















2.      BERAS TANPA PENYOSOHAN
PENGAMATAN
SEBELUM DIMASAK
SETELAH DIMASAK
0 Hari
2 Minggu
0 Hari
2 Minggu
Kenampakan
Putih pucat
Putih kecoklatan
Putih agak pucat
Agak kecoklatan
Tekstur
Punel
Kurang punel
Punel
Kurang punel
Rasa
-
-
Enak
Kurang enak
Aroma (bau apek)
Tidak berbau
Apek
Agak Apek
Sangat Apek
Gambar/foto







4.2 Hasi Perhitungan
Tidak ada perhitungan yang dilakukan dalam praktikum










BAB 5 PEMBAHASAN

5.1       Skema kerja dan Fungsi perlakuan
Untuk mengamati kandungan amilum pada beras , dilakukanlah praktikum uji kandungan amilum pada beras dan pengaruhnya pada bau, tekstur, dan warna sebelum pemasakan dan sesudah pemasakan. Dalam praktikum ini menggunakan 2 sampel beras yaitu beras yang diampelas / di sosoh dan beras tanpa dissosoh. Tujuan perlakuan ini adalah untuk mengetahui pengaruh amilum pada beras tersebut. Beras yang tanpa disosoh masih mengandung amilum dan yang disosoh amilumnya akan berkurang akibat proses penyosohan tersebut. Sehingga sebelum pemasakan dan sesudah pemasakan hasil dari beras yang disosoh dan tanpa disosoh akan berbeda . Selain itu beras tersebut juga mengalami perlakuan dalam hal penyimpanan. Beras yang disosoh dan tanpa disosoh tersebut langsung dimasak pada hari ke-0 dan  beras yang disosoh dan tanpa disosoh dimasak pada hari ke-14 atau 2 minggu setelah penyosohan. Hal ini dilakukan guna mengamati perubahan amilum baik dari segi warna , karakteristik dan aroma sehingga dihasikan hasil yang berbeda dengan pengolahan beras pada hari ke-0. Perbedaan itu bisa diamati dari warna beras, kepunelan beras dan aroma beras.
5.2 Bahas dan Analisa Data
            Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras. Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air. Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:
·         amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
·         amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket
Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari
·         aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
·         endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
·         embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras.
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
1.      Beras putih, sesuai namanya, berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
2.      Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.
3.      Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
4.      Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.
Pengolahan beras siap konsumsi biasanya dilakukan dengan tahap penggilingan beras dan penyosohan. Penggilingan dilakukan untuk memisahkan kulit dengan bulirnya. Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak, sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka makin putih warna beras giling yang dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.

Dari kedua  perlakuan praktikum  yang telah dilakukan  yaitu penyosohan dan penyimpanan beras tersebut dapat diperoleh hasil :
a)      Beras yang disosoh akan berwrna lebih putih karena kandungan amilum pada beras berkurang.  Dengan berkurangnya kandungan amilosa dan amilopektin tersebut maka setelah pemasakan beras yang disosoh kurang punel. Dan beras yang tanpa disosoh lebih punel.  Kepunelan beras tersebut karena amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam beras mengalami geletiniasi karena air pada saat pemasakan masuk ke sel beras sehingga beras menjadi lengket/ punel. Faktor lain dari kepunelan beras yaitu banyak sedikitnya air saat pemasakan .
b)      Beras yang disimpan selama 2 minggu bewarna lebih coklat dan berbau lebih apek terutama beras yang tanpa disosoh karena kandungan amilum yang masih terkandung di dalamnya mengalami kerusaakan .

Dari segi rasa dan aroma , amilum sangat menentukan rasa beras setelah dimasak. Kandungan amilum pada beras jika dimakan akan terasa manis karena amilum diubah oleh enzim amilase yang terdapat pada mulut menjadi glukosa sehingga jika beras dikunyah dimulut akan terasa manis. Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa :
a)      Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasa manisnya paling menonjol karena termasuk beras baru. Pada beras baru kandungan amilumnya masih banyak dan masih bagus. Apalagi dengan perlakuan tanpa penyosohan yang mengakibatkan kandungan amilum masih terkandung di dalamnya. Hal tersebut akan menimbulkan rasa manis ketika dikunyah. Sedangkan untuk aromnya sebelum dimasak tidak berbau dan setelh dimasak agak berbau apek.
b)      Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-14 rasa manisnya agak berkurang. Hal  tersebut dikarenakan kandungan amilum didalamnya sedikit mengalami kerusakan yang mengakibatkan perubahan fisiologi pada beras. Karena kandungan amilumnya yang mengalami kerusakan, maka rasanya tidak terlalu manis. Sedangkan aroma beras sebelum dimasak adalah apek dan setalah dimasak sangat apek. Hal tersebut dikarenakan amilum didalamnya mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan aroma.
c)      Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-0 rasanya kurang enak dikarenakan kandungan amilum didalamnya sudah hilang karena penyosohan tersebut. Alhasil saat dimakan rasanya tidak enak. Untuk aromanya, sebelum dimasak tidak berbau dam seelah dimasak agak apek.
d)     Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-14 rasanya tidak enak. Hal tersebut karena selain tidak adanya amilum di dalamnya. Juga terjadi perubahan secara fisiologi maupun kndungannya yng mengalami kerusakan yang dikarenakan proses penyosohan terebut. Dari segi aroma, sebelum dimasak tidak berbau dan stelah dimasak berbau agak apek. Berbeda dengan beras tanpa penyosohan yang berbau sangat apek seteleh disimpan selama 2 minggu, pada perlakuan ini bau apek kurang tercium karena komponen yang menyebabkan bau apek telah hilang akibat penyosohan.
e)      Dari semua perlakuan, beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasanya paling enak dan beras yang disosoh dan dimasak pada hari ke 14 rasanya paling tidak enak.












           BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
           
            Dari praktikum yang telah dilakukan, yang dapat kami simpulakn adalah:
            1. kandungan amilum mempengaruhi rasa, aroma dan tekstur beras
            2. penyimpanan dapat mempengaruhi kondisi amilum pada beras.
            3. proses penyosohan dapat mengurangi amilum beras sehingga menurunkan kualitas beras
4. selain kondisi amilum, banyak sedikitnya air saat pemasakan dapat mempengaruhi kepunelan beras.
5. dari segi rasa, beras yang tanpa disosoh terasa manis karena mengandung amilum.
6. penyosoahan juga mempengruhi aroma beras, beras yang tanpa    disosoh berbau apek dan yang disosoh berbau agak apek.e
            6.2 Saran
Dari praktikum yang telah dilakukan, yang dapat kami sarankan adalah:
            Bahwa begitu pentingnya pengaruh kandungan amilum pada kualitas beras, maka tugas kita sebagai mahasiswa FTP diharapkan untuk bisa memodifikasi kandungan gizi pada beras guna menghasilkan bers yang lebih baik.
           




DAFTAR PUSTAKA


-F.G. Winarno. 1987. Haruskah Kita Peduli rasa Nasi?. FTDC-IPB.

Tulus. 2006. Teknologi Pengolahan Beras (Teori dan Praktek).  eBookPangan.com.

Kulp and Ponte. 2000. Beras dan Tepung Beras. Makasar : Elnhas

Kusuma. 1983. Kandungan Amilum Pada Bahan Pangan. Jakarta : Erlangga

Mariyati,dkk. 1992. Ilmu Pangan. Jakarta : UI Press